Keunikan Masjid Tegalsari
Masjid Tegalsari adalah sisi dari cagar budaya di Kabupaten Ponorogo adalah peninggalan Kyai Ageng Muhammad Besari di seputar tahun 1760, beliau ialah seorang ulama’ yang konon adalah turunan ke sebelas Nabi Muhammad SAW. Banyak kyai yang berkembang dan tumbuh dari turunan ini baik di negeri atau di luar negeri. Kubah.
Seorang Pujangga Jawa yang masyhur Raden Ngabehi Ronggowarsito alias Bagus Burhan, tokoh Gerakan Nasional H.O.S. Cokroaminoto, Paku Buwana II atau Sunan Kumbul, penguasa Kerajaan Kartasura, ialah jejeran Alumni Pondok Tegalsari.
Warisan Unik di Masjid Tegalsari
Beberapa kekhasan Masjid Jami Kyai Muhammad Besari diantaranya ialah Kubah masjid yang dibuat dari tanah liat (semacam gerabah) yang masih tetap terbangun keasliannya sampai saat ini. Kubah ini menurut narasi pada zaman Belanda sempat di tembak berulang-kali tetapi tidak rusak sedikitpun.
Ada payung kebesaran, Batu Tangga peninggalan Kerajaan Majapahit memiliki ukuran 1 x 0,6 mtr. serta Ruangan Tatap muka Dalam Njero yang adalah tempat peristirahatan Kyai Ageng Muhammad Besari yang ada di seberang jalan. Dalam Njero ini sekarang ini digunakan oleh Yayasan Tegalsari untuk tempat tatap muka teratur pekerjaan yayasan.
Arsitektur Masjid Tegalsari
Dengan cara arsitektural, masjid ini mempunyai langgam Jawa kuno. Terbagi dalam tiga bangunan yang sama-sama berhimpit, fokus barat-rimur, bangunan masjid beratap tajug tumpang riga terdapat paling barat. Di masjid penting ada empat buah saka guru, 12 sakarawa, serta 24 saka tepi penyangga atap tajug yang terpasang dengan skema ceblokan.
Ada mimbar kayu berukir, yang sebenarnya adalah tiruan dari mimbar asli yang sudah rusak. Mihrabnya sebuah ceruk yang dibingkai kayu ukiran dengan bentuk serta stilirasi dari kalarnakara.